Minggu, 24 Mei 2009

makalah Farmakologi obat ceftriaxone

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, karena hanya dengan bimbingan dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Dalam makalah ini penulis akan menjelaskan fase-fase dari obat “ TONAR “. Obat Tonar juga dapat menyembuhkan penyakit ginjal kronik.

Dalam menulis makalah ini, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sekalian sangat penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhirnya pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada orang – orang yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini :

1. Orang tua yang selaku memberikan dorongan dan motivasi kepada penulis

2. Teman – teman yang menmberikan semangat dan motivasi kepada penulis dalam membuat dan menyelesaikan makalah ini

3. Pihak lain dalam hal ini ruang perpustakaan yang sangat membantu penulis dalam membuat makalah ini

Akhirnya penulis menyampaikan permohonan maaf jika dalam makalah ini masih banyak kekurangan. Dan penulis harapkan agar para pembaca dapat memakluminya. Terima kasih.

penulis


DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................... i

Daftar Isi.................................................................................................................... ii

Bab I Pendahuluan..................................................................................................... 1

Bab II Farmakologi obat ceftriaxone.........................................................................

2.1. Farmakokinetik........................................................................................

2.2. Farmakodinamik......................................................................................

2.3. Indikasi dan Cara Penggunaan................................................................ 3

2.4. Kontra Indikasi....................................................................................... 3

2.5. Efek Samping.......................................................................................... 3

2.6. Dosis dan Cara Pemberian...................................................................... 4

Bab III : Penyakit Infeksi Saluran Kemih (ISK) 5

3.1. Pengertian................................................................................................ 5

3.2. Etiologi.................................................................................................... 5

3.3. Patofisiologi............................................................................................ 5

3.4. Manifestasi Klinis.................................................................................... 6

3.5. Diagnosis................................................................................................. 6

3.6. Patoflow.................................................................................................. 7

Bab IV.: Kesimpulan 8

Buku Sumber............................................................................................................. 9


BAB I

PENDAHULUAN

Ceftriaxone merupakan cephalosporin spektrum luas semisintetik yang diberikan secara IV atau IM. Kadar plasma rata-rata cetriaxone setelah pemberian secara tunggal infus intravena 0,5;1 atau 2 gr dalam waktu 30 menit dan IM sebesar 0,5 atau 1 g pada orang dewasa sehat. Ceftriaxone juga serupa dengan seftizoksim dan sefotaksim, mempunyai waktu paruh yang sangat panjang sehingga diberikan sekali / dua kali sehari.

BAB II

FARMAKOLOGI OBAT

“ CEFTRIAXONE “

FARMAKOKINETIK

Ceftriaxone diabsorpsi lengkap setelah pemberian IM dengan kadar plasma maksimum rata-rata antara 2-3 jam setelah pemberian. Dosis multipel IV atau IM dengan interval waktu 12-24 jam, dengan dosis 0,5-2g menghasilkan akumulasi sebesar 15-36 % diatas nilai dosis tunggal.

Sebanyak 33-67 % ceftriaxone yang diberikan, akan diekskresikan dalam uring dalam bentuk yang tidak diubah dan sisanya diekskresikan dalam empedu dan sebagian kecil dalam feses sebagai bentuk inaktif. Setelah pemberian dosis 1g IV, kadar rata-rata ceftriaxone 1-3 jam setelah pemberian adalah : 501 mg/ml dalam kandung empedu, 100 mg/ml dalam saluran empedu, 098 mg dalam duktus sistikus, 78,2 mg/ml dalam dinding kandung empedu dan 62,1 mg/ml dalam plasma.

Setelah pemberian dosis 0,15-3g, maka waktu paruh eliminasinya berkisar antara 5-8 jam, volume distribusinya sebesar 5,70-13,5 L, klirens plasma 0,50-1,45 L/jam dan klirens ginjal 0,32-0,73 L/jam.

Ikatan protein ceftriaxone bersifat reversibel dan besarnya adalah 85-95 %. Ceftriaxone menembus selaput otak yang mengalami peradangan pada bayi dan anak-anak dan kadarnya dalam cairan otak setelah pemberian dosis 50 mg/kg dan 75 mg/kg IV, berkisar antara 1,3-18,5 ug/ml dan 1,3-44 ug/ml

Dibanding pada orang dewasa sehat, farmakokinetik ceftriaxone hanya sedikit sekali terganggu pada usia lanjut dan juga pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal/hati, karena itu tidak diperlukan penyesuaian dosis.

FARMAKODINAMIK

Efek bakterisida ceftriaxone dihasilkan akibat penghambatan sintesis dinding kuman. Ceftriaxone mempunyai stabilitas yang tinggi terhadap beta-laktanase, baik terhadap penisilinase maupun sefalosporinase yang dihasilkan oleh kuman gram-negatif, gram-positif.

INDIKASI DAN CARA PENGGUNAAN

Ceftriaxone diindikasikan untuk pengobatan pada infeksi-infeksi dibawah ini yang disebabkan oleh mikroorganisme yang sensitif seperti :

- Infeksi saluran napas bawah

- Infeksi kulit dan jaringan lunak

- Goneore tanpa komplikasi

- Penyakit radang rongga panggul

- Septikemia bakterial

- Infeksi tulang dan sendi

- Infeksi intra-abdominal

- Meningitis

Profilaksis operasi yaitu 1g dosis tunggal ceftriaxone dapat mengurangi angka kejadian infeksi pasca operasi pada pasien yang dioperasi dan dianggap terkontaminasi atau secara potensial terkontaminasi, misalnya : histerektoni vaginal atau abdominal dan pada pasien yang dioperasi dimana infeksi pada operasi tersebut menyebabkan risiko yang serius ( misal : selama operasi lintas arteri koroner ).

KONTRAINDIKASI

Ceftriaxone dikontraindikasikan pada pasien dengan riwayat alergi terhadap golongan cephalosporin.

EFEK SAMPING

Secara umum ceftriaxone dapat ditoleransi dengan baik. Efek samping yang dapat ditemukan adalah :

Reaksi lokal : Sakit, indurasi atau nyeri tekan pada tempat suntikan dan phlebitis setelah pemberian intravena.

Hipersensitivitas : Ruam kulit dan kadang-kadang pruritus, demam atau menggigil

Hematologik : Eosinofilia, trombositosis, lekopenia dan kadang-kadang anemia, anemia hemolitik, netropenia, limfopenia, trombositopenia dan pemanjangan waktu protrombia.

Saluran cerna : Diare dan kadang-kadang mual, muntah, disgeusia.

Hati : Peningkatan SGOT atau SGPT dan kadang-kadang peningkatan fosfatase alkali dan bilirubin.

Ginjal : Peningkatan BUN dan kadang-kadang peningkatan kreatinin serta ditemukan silinder dalam urin.

Susunan saraf pusat : Kadang-kadang timbul sakit kepala atau pusing.

Saluran kemih dan genital : Kadang-kadang dilaporkan timbulnya monitiasis atau vaginitis

DOSIS DAN CARA PEMBERIAN

Ceftriaxone dapat diberikan secara intravena atau intramuskular

* Dewasa : Dosis lazim harian untuk orang dewasa adalah 1-2g sekali sehari (atau dibagi dalam 2 dosis) tergantung dari jenis dan beratnya infeksi. Dosis total harian tidak boleh melebihi 4g. Untuk pengobatan infeksi gonokokal tanpa komplikasi, dosis yang dianjurkan adalah 250 mg intramuskular sebagai dosis tunggal, untuk profilaksis opersai, dosis yang dianjurkan adalah 1g sebagai dosis tunggal dan diberikan 0,5-2 jam sebelum operasi.

* Anak-anak : Untuk pengobatan infeksi kulit dan jaringan lunak, dosis total harian yang dianjurkan adalah 50-75 mg/kg sekali sehari (atau dibagi 2 dosis), dosis total harian tidak boleh melebihi 2g. Untuk pengobatan meningitis dosis harian adalah 100 mg/kg dan tidak boleh melebihi 4g, dosis diberikan dengan atau tanpa dosis muat 75mg/kg

Keterangan Umum Dosis : Secara umum terapi dengan ceftriaxone harus dilanjutkan paling tidak 2 hari setelah tanda dan gejala infeksi menghilang. Lama pengobatan terapi umumnya adalah 4-14 hari, dimana pada infeksi yang disertai dengan komplikasi terapi yang diperlukan akan lebih lama.

BAB III

“ INFEKSI SALURAN KEMIH “

* Pengertian

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah suatu penyakit yang biasa terjadi pada saat organisme naik dari uretra ke kandung kemih. Sekali organisme mencapai kandung kemih, organisme ini akan berkembang biak dan meningkat, sehingga menyebabkan infeksi pada ureter dan ginjal. (Brunner and Sudarth).

* Etiologi

ISK mempunyai kerentanan terhadap infeksi organisme yang biasanya tidak patogenik masih sukar dimengerti. Organisme yang biasanya menyerang adalah bakteri terutama escherichia coli pada wanita. Sumber bakteri umumnya adalah flora feces penderita. Anomali struktur kongenital saluran kemih terutama yang menghambat aliran kemih, hal ini merupakan predisposisi terjadinya infeksi. Akan tetapi sebagian infeksi saluran kemih tidak ada hubungannya dengan abnormalitas fungsional atau struktural primer. Sebaliknya, beberapa abnormalitas anatomis/fungsional seperti penebalan dinding kandung kemih, refluks vesikoureter atau pola berkemih abnormal, merupakan gejala sisa infeksi.

* Patofisiologi

Infeksi rekuren pada kandung kemih dapat berakibat perubahan peradangan yang merusak hubungan anatomis ureter pada saat menembus dinding kandung kemih, sehingga terjadi inkompetensi katup vesikoureter. Keadaan ini memungkinkan refluks kemih ke dalam ureter terutama sewaktu berkemih, dengan akibat dilatasi ureter dan masuknya organisme kedalam saluran bagian atas. Sebagian besar merupakan infeksi asenden pada wanita. Jalur yang biasa terjadi adalah mula-mula kuman dari anal berkoloni di vulava, kemudian masuk ke kandung kemih melalui uretra yang pendek secara spontan/mekanik akibat hubungan seksual. Pada pria setelah prostat terkoloni maka akan terjadi infeksi asenden. Mungkin juga terjadi akibat pemasangan alat seperti kateter, terutama pada usia lanjut.

Wanita lebih sering menderita ISK, karena uretra yang pendek, masuknya kuman dalam hubungan seksual, dan mengakibatkan perubahan PH dan flora vulva dalam siklus menstruasi.

* Manifestasi Klinis

Gejala-gejala ISK dibedakan antara infeksi saluran kemih bagian bawah, dimana kandung kemih/uretra terinfeksi, dan infeksi saluran kemih atas yang meliputi infeksi pada ureter dan ginjal. Gejala ISK bawah biasanya, disuria, sering berkemih, nokturia atau nyeri pada pelvik atau suprapubis. Pasien dengan ISK atas, sering menunjukan gejala sistemik meliputi, demam, mual, muntah, sakit kepala dan lemah sesuai dengan keluhan spesifik dari nyeri di daerah panggul punggung bawah, dan abdomen

* Diagnosis

Diagnosis ISK umumnya tergantung pada identifikasi mikroorganisme, misalnya: sel darah putih dalam spesimen urine yang diambil langsung atau urine yang terdapat di kateter, urin yang langsung diambil tersebut sangat sulit diambil tanpa adanya kontaminasi, jumlah dari organisme digunakan untuk menggambarkan kemungkinan infeksi yang biasanya yaitu ada 100.000 unit koloni per milimeter (CFU/ml). secara umum ada sel darah putih (biasanya 710 wbc/mm3) dalam spesimen urine merupakan diagnostik kuat, dimana sel ini merupakan diagnostik kuat, dimana sel ini menandakan respons peradangan penjamu terhadap organisme. Adanya organisme tanpa adanya sel darah putih dipertimbangkan sebagai bakteriuria daripada dianggap sebagai infeksi.


BAB IV

KESIMPULAN

* Ceftriaxone merupakan cepnalosporin spektrum luas semisintetik yang diberikan secara intravena atau intramuskular.

* Ceftriaxone diindikasikan untuk pengobatan pada infeksi-infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme yang sensitif seperti :

* Infeksi saluran napas bawah

* Infeksi saluran kemih

* Infeksi kulit dan jaringan lunak

* Infeksi tulang dan sendi

* Infeksi intra-abdominal

* Berikatan dengan protein yang bersifat reversibel dan besarnya 85-95 %

* Memiliki waktu paruh yang sangat panjang dan diekskresikan dalam urine dalam bentuk yang tidak diubah dan sisanya diekskresikan dalam empedu dan sebagian kecil feses.

BUKU SUMBER

- Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta 1996

Farmakologi, Pendekatan Proses Keperawatan

Joyce L. Kee dan Evelyn R. Hayes

- Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Brunner dan Suddarth

Edisi 8. Penerbit Buku Kedokteran 2001

- DOI

- Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta 1986

IPI (Informasi Akurat Produk Farmasi di Indonesia)

Dr. Henny Lukmanto

Jumat, 22 Mei 2009

makalah bayi tabung

DAFTAR ISI

Kata Pengantar..............................................................................................

Daftar Isi........................................................................................................

Bab I : Pendahuluan..................................................................................

A. Latar Belakang……………………………………………….

B. Metode penyusunan…………………………………………..

C. Pokok Permasalahan………………………………………….

D. Tujuan Penyusunan…………………………………………..

Bab II : Pembahasan………………………………………………………

A. Pengertian Bayi Tabung……………………………………...

1. Secara Umum……………………………………………...

2. Secara Medis………………………………………………

B. Proses Inseminasi Buatan / Bayi Tabung…………………….

C. Pemecahan Masalah………………………………………….

Bab III : Penutup……………………………………………………………

A. Kesimpulan…………………………………………………..

B. Saran………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas penyertaan Tuhan Yang Maha Esa, sehingga kami telah menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan judul “BAYI TABUNG”. Penyusunan makalah ini untuk melengkapi tugas akhir semester ganjil Lewat makalah ini kami berharap dapat menambah wawasan dan pengetahuan khususnya dalam bidang medis. Serta pembaca dapat mengetahui tentang bagaimana dan apa sebenarnya bayi tabung itu.

Menyadari banyaknya kekurangan dalam penulisan makalah ini. Karena itu, kami sangat mengharapakan kritikan dan saran dari para pembaca untuk melengkapi segala kekurangan dan kesalahan dari makalah ini.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah membantu selama proses penyusunan makalah ini, baik secara moril maupun material, antara lain :

1. Dosen Pembimbing Mata Kuliah

2. Orang tua tercinta.

3. Teman – teman sekalian.

Akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini program bayi tabung menjadi salah satu masalah yang cukup serius. Hal ini terjadi karena keinginan pasangan suami – istri yang tidak bisa memiliki keturunan secara alamiah untuk memiliki anak tanpa melakukan adopsi. Atau juga menolong pasangan suami – istri yang memiliki penyakit atau kelainan yang menyebabkan kemungkinan untuk tidak memperoleh keturunan.

Metode bayi tabung diterapkan pertama kalinya pada tanggal 26 Juli 1978 lewat kelahiran seorang bayi asal Inggris bernama louise Brown, di RS Distrik Oldham, Manchester. Proses metode bayi tabung dilakukan oleh DR. Patrick Steptoe ini dilakukan tujuh bulan sebelum Louise lahir, tepatnya bulan November 1977, dengan cara memasukan embrio ke rahim Lesley Brown.

Sejak saat itu, teknologi reproduksi yang dikenal dengan istilah In Vitro Fertilization ( IVF ) ini menjadi awal perkembangan teknologi kedokteran yang berkaitan dengan pembuahan buatan. Di Indonesia, IVF pertama kali diterapkan di RS Anak – Ibu (RSAB) Harapan Kita, Jakarta pada 1987.

Teknik yang kini disebut IVF konvensional itu berhasil melahirkan bayi tabung pertama, Nugroho Karyanto, pada 2 Mei 1988.

B. Metode penyusunan

Metode yang kami ambil dalam penyusunan karya tulis ini adalah berdasarkan data – data dari beberapa buku dan data dari internet.

C. Pokok permasalahan

  1. Mengapa harus dilakukan proses inseminasi buatan ?
  2. Apa keuntungan dan kelemahan dari inseminasi buatan (bayi tabung) ?

D. Tujuan

  1. Untuk menambah wawasan tentang inseminasi buatan.
  2. untuk melengkapi tugas akhir semester ganjil mata kuliah bahasa Indonesia.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bayi Tabung

Bayi tabung adalah proses pembuahan sel telur dan sperma diluar tubuh wanita. Sering disebut “in vitro vertilzation”. In into berasal dari bahasa latin yang berarti gelas /tabung gelas, dan vertilization barasal dari bahasa inggris yang berarti pembuahan. Bayi tabung adalah bayi hasil konsepsinya (pertemuan sel telur dan sperma) yang dilakukan dalam sebuah tabung yang sudah dipersiapkan sedemikian rupa di laboratorium.

Pelayanan terhadap bayi tabung dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah fertilisasi – in – vitro yang memiliki pengertian sebagai berikut : fertilisasi – in – vitro adalah pembuahan sel telur oleh sel sperma di dalam tabung Petri yang dilakukan oleh petugas medis. Inseminasi buatan pada manusia sebagai suatu teknologi reproduksi berupa teknik menempatkan sperma di dalam vagina wanita, pertama kali berhasil dipraktekkan pada tahun 1970. Awal berkembangnya inseminasi buatan bermula dari ditemukannya teknik pengawetan sperma. Sperma bisa bertahan hidup lama bila dibungkus dalam gliserol yang dibenamkan dalam cairan nitrogen pada tempratur – 321 derajat Fahrenheit.

B. Proses Inseminasi Buatan / Bayi Tabung

Prosesnya mula – mula dengan suatu alat khusus semacam alat untuk laporoskopi dilakukan pengambilan sel telur dari wanita yang baru saja mengalami evolasi. Kemudian sel telur yang diambil, dibuahi dengan sperma yang sudah dipersiapkan dalam tabung yang suasananya dibuat persis seperti didalam rahim.

Setelah pembuahan hasil konsepsi tersebut dipelihara beberapa saat dalam tabung sampai pada suatu saat tertentu akan dicangkokkan ke dalam rahim wanita tersebut. Selanjutnya diharapkan embrio itu akan tumbuh dalam rahim wanita. Setelah itu kehamilan akan dialami wanita dan perkembangannya akan berlangsung seperti biasa.

Proses Inseminasi Buatan ( Bayi Tabung )

Dalam melakukan Fertilisasi-in-virto transfer embrio dilakukan dalam tujuh tingkatan dasar yang dilakukan oleh petugas medis, yaitu :

  1. Isteri diberi obat pemicu ovulasi yang berfungsi untuk merangsang indung telur mengeluarkan sel telur yang diberikan setiap hari sejak permulaan haid dan baru dihentikan setelah sel – sel telurnya matang
  2. Pematangan sel – sel telur di pantau setiap hari melalui pemeriksaan darah isteri dan pemeriksaan ultrasonografi.
  3. Pengambilan sel telur dilakukan dengan penusukan jarum ( pungsi ) melalui vagina dengan tuntunan ultrasonografi.
  4. Setelah dikeluarkan beberapa sel telur, kemudian sel telur tersebut dibuahi dengan sperma suaminya yang telah diproses sebelumnya dan dipilih yang terbaik.
  5. Sel telur dan sperma yang sudah dipertemukan di dalam tabung petri kemudian dibiakkan di dalam lemari pengeram. Pemantauan dilakukan 18 – 20 jam kemudian dan kemudian keesokan harinya diharapkan sudah terjadi pembuahan sel.
  6. Embrio yang berada dalam tingkat pembelahan sel ini. Kemudian diimplantasikan ke dalam rahim isteri. Pada periode ini tinggal menunggu terjadinya kehamilan.
  7. Jika dalam waktu 14 hari setelah embrio diimplantasikan tidak terjadi menstruasi, dilakukan pemeriksaan air kemih untuk kehamilan, dan seminggu kemudian dipastikan dengan pemeriksaan ultrasonografi.

C. Pemecahan Masalah

Proses Inseminasi Buatan ( bayi tabung ) dilakukan untuk menolong pasangan suami – isteri yang tidak mungkin memiliki keturunan secara alamiah disebabkan Tuba Falopi isterinya mengalami kerusakan yang permanen.

Menurut Drs. Muhammad Djumhana, S.H. Bayi Tabung pada suatu pihak merupakan hikmah. Dapat membantu pasangan suami – isteri yang subur tetapi karena suatu gangguan pada organ reproduksi, mereka tidak dapat mempunyai anak.

Keuntungan dari proses Inseminasi Buatan ( Bayi Tabung ) yaitu untuk mempermudah melakukan pembuahan kepada pasangan suami – isteri yang memiliki kesulitan untuk itu. Serta dapat memberikan keturunan yang merupakan genetik dari suami dan isteri tersebut.

Kerugiannya sendiri adalah mendapat pandangan yang tidak etis apabila bahan pembuahan tersebut diambil dari orang yang sudah meninggal.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Proses Inseminasi Buatan / Bayi Tabung memiliki dampak positif dan negatif bagi manusia.

2. Perkembangan Bayi Tabung dapat memberikan solusi dalam membantu pasangan – pasangan yang memiliki kesulitan untuk memiliki keturunan.

B. Saran

Perlu memperhatikan masalah pandangan hukum dan agama dalam proses bayi tabung atau Inseminasi Buatan.

DAFTAR PUSTAKA

Webcerdas.blogspot.com

Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas.