Jumat, 22 Mei 2009

makalah bayi tabung

DAFTAR ISI

Kata Pengantar..............................................................................................

Daftar Isi........................................................................................................

Bab I : Pendahuluan..................................................................................

A. Latar Belakang……………………………………………….

B. Metode penyusunan…………………………………………..

C. Pokok Permasalahan………………………………………….

D. Tujuan Penyusunan…………………………………………..

Bab II : Pembahasan………………………………………………………

A. Pengertian Bayi Tabung……………………………………...

1. Secara Umum……………………………………………...

2. Secara Medis………………………………………………

B. Proses Inseminasi Buatan / Bayi Tabung…………………….

C. Pemecahan Masalah………………………………………….

Bab III : Penutup……………………………………………………………

A. Kesimpulan…………………………………………………..

B. Saran………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas penyertaan Tuhan Yang Maha Esa, sehingga kami telah menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan judul “BAYI TABUNG”. Penyusunan makalah ini untuk melengkapi tugas akhir semester ganjil Lewat makalah ini kami berharap dapat menambah wawasan dan pengetahuan khususnya dalam bidang medis. Serta pembaca dapat mengetahui tentang bagaimana dan apa sebenarnya bayi tabung itu.

Menyadari banyaknya kekurangan dalam penulisan makalah ini. Karena itu, kami sangat mengharapakan kritikan dan saran dari para pembaca untuk melengkapi segala kekurangan dan kesalahan dari makalah ini.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah membantu selama proses penyusunan makalah ini, baik secara moril maupun material, antara lain :

1. Dosen Pembimbing Mata Kuliah

2. Orang tua tercinta.

3. Teman – teman sekalian.

Akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini program bayi tabung menjadi salah satu masalah yang cukup serius. Hal ini terjadi karena keinginan pasangan suami – istri yang tidak bisa memiliki keturunan secara alamiah untuk memiliki anak tanpa melakukan adopsi. Atau juga menolong pasangan suami – istri yang memiliki penyakit atau kelainan yang menyebabkan kemungkinan untuk tidak memperoleh keturunan.

Metode bayi tabung diterapkan pertama kalinya pada tanggal 26 Juli 1978 lewat kelahiran seorang bayi asal Inggris bernama louise Brown, di RS Distrik Oldham, Manchester. Proses metode bayi tabung dilakukan oleh DR. Patrick Steptoe ini dilakukan tujuh bulan sebelum Louise lahir, tepatnya bulan November 1977, dengan cara memasukan embrio ke rahim Lesley Brown.

Sejak saat itu, teknologi reproduksi yang dikenal dengan istilah In Vitro Fertilization ( IVF ) ini menjadi awal perkembangan teknologi kedokteran yang berkaitan dengan pembuahan buatan. Di Indonesia, IVF pertama kali diterapkan di RS Anak – Ibu (RSAB) Harapan Kita, Jakarta pada 1987.

Teknik yang kini disebut IVF konvensional itu berhasil melahirkan bayi tabung pertama, Nugroho Karyanto, pada 2 Mei 1988.

B. Metode penyusunan

Metode yang kami ambil dalam penyusunan karya tulis ini adalah berdasarkan data – data dari beberapa buku dan data dari internet.

C. Pokok permasalahan

  1. Mengapa harus dilakukan proses inseminasi buatan ?
  2. Apa keuntungan dan kelemahan dari inseminasi buatan (bayi tabung) ?

D. Tujuan

  1. Untuk menambah wawasan tentang inseminasi buatan.
  2. untuk melengkapi tugas akhir semester ganjil mata kuliah bahasa Indonesia.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bayi Tabung

Bayi tabung adalah proses pembuahan sel telur dan sperma diluar tubuh wanita. Sering disebut “in vitro vertilzation”. In into berasal dari bahasa latin yang berarti gelas /tabung gelas, dan vertilization barasal dari bahasa inggris yang berarti pembuahan. Bayi tabung adalah bayi hasil konsepsinya (pertemuan sel telur dan sperma) yang dilakukan dalam sebuah tabung yang sudah dipersiapkan sedemikian rupa di laboratorium.

Pelayanan terhadap bayi tabung dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah fertilisasi – in – vitro yang memiliki pengertian sebagai berikut : fertilisasi – in – vitro adalah pembuahan sel telur oleh sel sperma di dalam tabung Petri yang dilakukan oleh petugas medis. Inseminasi buatan pada manusia sebagai suatu teknologi reproduksi berupa teknik menempatkan sperma di dalam vagina wanita, pertama kali berhasil dipraktekkan pada tahun 1970. Awal berkembangnya inseminasi buatan bermula dari ditemukannya teknik pengawetan sperma. Sperma bisa bertahan hidup lama bila dibungkus dalam gliserol yang dibenamkan dalam cairan nitrogen pada tempratur – 321 derajat Fahrenheit.

B. Proses Inseminasi Buatan / Bayi Tabung

Prosesnya mula – mula dengan suatu alat khusus semacam alat untuk laporoskopi dilakukan pengambilan sel telur dari wanita yang baru saja mengalami evolasi. Kemudian sel telur yang diambil, dibuahi dengan sperma yang sudah dipersiapkan dalam tabung yang suasananya dibuat persis seperti didalam rahim.

Setelah pembuahan hasil konsepsi tersebut dipelihara beberapa saat dalam tabung sampai pada suatu saat tertentu akan dicangkokkan ke dalam rahim wanita tersebut. Selanjutnya diharapkan embrio itu akan tumbuh dalam rahim wanita. Setelah itu kehamilan akan dialami wanita dan perkembangannya akan berlangsung seperti biasa.

Proses Inseminasi Buatan ( Bayi Tabung )

Dalam melakukan Fertilisasi-in-virto transfer embrio dilakukan dalam tujuh tingkatan dasar yang dilakukan oleh petugas medis, yaitu :

  1. Isteri diberi obat pemicu ovulasi yang berfungsi untuk merangsang indung telur mengeluarkan sel telur yang diberikan setiap hari sejak permulaan haid dan baru dihentikan setelah sel – sel telurnya matang
  2. Pematangan sel – sel telur di pantau setiap hari melalui pemeriksaan darah isteri dan pemeriksaan ultrasonografi.
  3. Pengambilan sel telur dilakukan dengan penusukan jarum ( pungsi ) melalui vagina dengan tuntunan ultrasonografi.
  4. Setelah dikeluarkan beberapa sel telur, kemudian sel telur tersebut dibuahi dengan sperma suaminya yang telah diproses sebelumnya dan dipilih yang terbaik.
  5. Sel telur dan sperma yang sudah dipertemukan di dalam tabung petri kemudian dibiakkan di dalam lemari pengeram. Pemantauan dilakukan 18 – 20 jam kemudian dan kemudian keesokan harinya diharapkan sudah terjadi pembuahan sel.
  6. Embrio yang berada dalam tingkat pembelahan sel ini. Kemudian diimplantasikan ke dalam rahim isteri. Pada periode ini tinggal menunggu terjadinya kehamilan.
  7. Jika dalam waktu 14 hari setelah embrio diimplantasikan tidak terjadi menstruasi, dilakukan pemeriksaan air kemih untuk kehamilan, dan seminggu kemudian dipastikan dengan pemeriksaan ultrasonografi.

C. Pemecahan Masalah

Proses Inseminasi Buatan ( bayi tabung ) dilakukan untuk menolong pasangan suami – isteri yang tidak mungkin memiliki keturunan secara alamiah disebabkan Tuba Falopi isterinya mengalami kerusakan yang permanen.

Menurut Drs. Muhammad Djumhana, S.H. Bayi Tabung pada suatu pihak merupakan hikmah. Dapat membantu pasangan suami – isteri yang subur tetapi karena suatu gangguan pada organ reproduksi, mereka tidak dapat mempunyai anak.

Keuntungan dari proses Inseminasi Buatan ( Bayi Tabung ) yaitu untuk mempermudah melakukan pembuahan kepada pasangan suami – isteri yang memiliki kesulitan untuk itu. Serta dapat memberikan keturunan yang merupakan genetik dari suami dan isteri tersebut.

Kerugiannya sendiri adalah mendapat pandangan yang tidak etis apabila bahan pembuahan tersebut diambil dari orang yang sudah meninggal.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Proses Inseminasi Buatan / Bayi Tabung memiliki dampak positif dan negatif bagi manusia.

2. Perkembangan Bayi Tabung dapat memberikan solusi dalam membantu pasangan – pasangan yang memiliki kesulitan untuk memiliki keturunan.

B. Saran

Perlu memperhatikan masalah pandangan hukum dan agama dalam proses bayi tabung atau Inseminasi Buatan.

DAFTAR PUSTAKA

Webcerdas.blogspot.com

Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas.

makalah anti trikomoniasis

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat-Mu ya Tuhan atas berkat, cinta, & pertolongan-Mu sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul ANTI TRIKOMONIASIS. Trikomoniasis atau infeksi saluran uvogenital yang dapat akut atau kronik & disebabkan oleh Trichomonss vaginalis. Trichomonss vaginalis adalah protozoa yang menyebabkan vaginitis yang lazim, dan biasanya ditularkan melalui hubungan seksual. Dalam makalah ini masih banyak kekurangan. Untuk itu, saya menghimbau kepada saudara & saudari untuk memberikan kritik dan saran yang membangun untuk membuat makalah ini menjadi lebih baik.

Dalam penulisan makalah ini, saya mau berterima kasih kepada banyak pihak yang telah mendukung & membantu dalam penyusunan makalah ini :

  1. Orang tua
  2. Pegawai perpustakaan
  3. Teman – teman, dan
  4. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini

Semoga makalah ini dapat berguna & bermanfaat bagi kita semua, khususnya para pembaca.

Penulis,

DAFTAR ISI

Þ KATA PENGANTAR

Þ DAFTAR ISI

Þ BAB I PENDAHULUAN

Þ BAB II ISI

- Trikomonisasi

- Definisi

- Etiologi

- Insidens

- Patogenesis

- Gejala Klinis

- Diagnosis

- Pengobatan

Þ BAB III PROSES KEPERAWATAN “PASIEN INFEKSI VULVOVAGINAL”

- Pengkajian

- Diagnosis

- Perencanaan dan Implementasi

- Evaluasi

Þ BAB IV ANTITRICHOMONS

- Metronidazol

- Definisi

- Kimiawi dan farmakokinetik

- Mekanisme kerja

- Kegunaan Klinik

- Toksisitas

- Mutagenesitas dan peringatan

- Interaksi Obat

Þ KESIMPULAN

Þ DAFATR PUSTAKA

BAB II

ISI

- Trikomoniasis / Trichomoniasis

- Definisi

- Etiologi

- Insidens

- Patogenesis

- Gejala klinis

- Diagnosis

- Pengobatan

BAB III .

PROSES KEPERAWATAN “PASIEN INFEKSI VULVOGINAL “

- Pengkajian

- Diagnosis

- Perencanaan dan implementasi

- Evaluasi

BAB IV .

ANTITRICHOMONAS

Obat ini digunakan untuk membunuh Trichomons Vaginalis (Jenis Protozoa), Protozoa ini menimbulkan radang Vagina ( Vaginitis )

- Metronidazol

- Definisi

- Kimiawi dan Farmakokinetik

- Mekanisme kerja

- Kegunaan klinik

- Toksisitas

- Mutagenisitas & peringatan

- Interaksi obat

DAFTAR PUSTAKA

Þ Dr Andhi Djuanda, 1993, ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN, Edisi II, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , Jakarta.

Þ Sylvia A Price & Lorvane M Wilson , 1995, Patofisiologi “proses proses Penyakit”, Edisi 4 Buku II , Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Þ Brunner & Suddarth , 2002 , Buku ajar “ Keperawatan Medikal Bedah “ , Edisi Vol II , Buku kedokteran EGC,Jakarta .

Þ B.G KATZUNG,1989 , Farmakologi dasar dan klinik, edisi 3, buku kedokteran EGC ,Jakarta.

BAB . IV

ANTITRICHOMONAS

Obat yang digunakan untuk membunuh Trichomons Vaginalis (jenis protozoa) . Protozoa ini menimbulkan radang vagina (Vaginitis) .

1 . Acetcusolum

2 . Azolomycin

3 . Amphotericin

4 . Carbasonum

5 . Metronidazolum

6 . Natamycinum

7 . Nitrimidazinum

8 . Trichomycinum

METRONIDAZOLE

Komposisi

Tiap tablet mengandung 250 mg Metronidazole

Tiap tablet salut selaput mengandung 500 mg Metronidazole

Cara kerja obat

Metronidazole adalah anti bakteri dan anti protozoa sintetik derivat nitromidazol yang mempunyai aktifitas baktersid, amebisid, dan trikomonozoid. Dalam sel atau mikroorganisme metronidazole mengalami reduksi menjadi produk polar. Hasil reduksi ini mempunyai hasil anti bakteri dengan jalan menghambat sintesa asam nukleat.

Metronidazole efektif terhadap Trichomonas Vaginalis, Entamoeba histolitica, Giardia Lamblia. Metronidazole bekerja efektif baik lokal maupun sistemik.

Indikasi

Metronidazole efektif untuk pengobatan :

  1. Trikomoniasis, seperti Vaginatis dan uretritis yang disebabkan oleh Trichomonas Vaginalis.
  2. Amebiasis, seperti amebiasis intestinal dan amebiasis hepatic yang disebabkan oleh E. histolytica.
  3. Sebagai obat pilihan untuk giardiasis.

Dosis

Trikomoniasis :

Pasangan seksual dari penderita dianjurkan menerima pengobatan yang sama dalam waktu bersamaan.

Dewasa : Untuk pengobatan 2 hari : 2 g 1 kali atau 1 gram 2 kali sehari.

Untuk pengobatan 7 hari : 250 mg 3 kali sehari selama 7 hari berturut turut.

Amebiasis :

Dewasa : 750 mg 3 kali sehari selama 10 hari

Anak – anak : 35 – 50 mg/kg BB sehari dalam dosis terbagi 3 selama 10 hari

Giardiasis :

Dewasa : 250 – 500 mg 3 kali sehari selama 5-7 hari atau 2g ,I kali sehari selama 3 hari

Anak – anak 5mg /BB 3kali sehari selama 5 – 7 hari.

Peringatan dan perhatian

Metronidazole tidak dianjurkan untuk penderita dengan gangguan pada susunansaraf pusat, diskrasia darah, kerusakan hati, Ibu menyusui dan dalam masa kehamilan trimester II dan III. Pada terapi ulang atau pemakaian lebih dari 7 hari diperlukan pemeriksaan sel darah putih.

Efek samping.

Mual, sakit kepala, anoreksia, diare, nyeri, epigastrum dan konstipasi.

Kontraindikasi

Penderita yang hipersensitif terhadap metronidazole atau derivat nitroimidazol lainnya dan kehamilan trimester pertama.

Interaksi obat

Metronidazole menghambat metabolisme warfarin dan dosis antikoagulan kumarin lainnya harus dikurangi.

Pemberian alcohol selama terapi dengan metronidazole dapat menimbulkan mual, muntah, sakit perut dan sakit kepala.

Dengan obat – obat yang menekan aktifitas enzim mikrosomal hati seperti simetidina, akan memperpanjang waktu paruh metrodinazole.

makalah anti lepra

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat penyertaan dan bimbinganNya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini sebagai tugas pada mata kulih FARMATOLOGI dengan topik Anti Lepra Pada Penyakit Kusta.

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas FARMAKOLOGI Semester II.

Penulis mengucapkan terima kasih pada piha-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak untuk perbaikan makalah ini.

“Kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca,”

Penulis


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................

DAFTAR ISI.......................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................

BAB II 2.1. Definisi Penyakit Kusta...............................................................

2.2 Epidomologi................................................................................

2.3. Etiologi........................................................................................

2.4. Patogenesis..................................................................................

2.5. Gejala klinis.................................................................................

2.6. Diagnosis.....................................................................................

2.7. Reaksi kusta.................................................................................

2.8. Pengobatan..................................................................................

BAB III. 3.1. Farmakologi obat..........................................................................

3.2. Kompisisi.......................................................................................

3.3. Indikasi..........................................................................................

3.4. Efek samping.................................................................................

3.5. Dosis..............................................................................................

BAB IV. 4.1. Proses keperawatan.......................................................................

4.2. Pengkajian......................................................................................

BAB V. 5.1. Penutup.........................................................................................

5.2. Kesimpulan....................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit Lepra disebabkan adanya infeksi kronis, bersifa menular dan menyebabkan cacat, terutama pada hidung, jari-jari tangan dan kaki serta kulit. Pembangkit penyakit ini adalah “ Mycobacterium Lepra”.

Ada tiga bentuk Lepra yaitu :

1. Bentuk Tuberkuloid (T) .

bentuk ini bersifat tidak menular dan agak mudah disembuhkan. Pasien tetap memiliki daya tangkis Imunologi.

2. Bentuk Lepromatosus (L).

Bentuk ini bersifat sangat menular, sukar disembuhkan dan lama. Penularan bentuk Lopromatosus disebabkan kontak yang erat dan lama dan sistem tangkis dari pasien sudah tidak aktif lagi.

3. Bentuk T.L (Kombinasi bentuk tuberkuloid & Lepromatosus.


BAB II.

PENYAKIT KUSTA.

- DEFINISI.

Kusta adalah penyakit infeksi yang kronik, penyebabnya adalah Mycobacterium Leprae yang Intraseluler Obligat. Saraf Perifer sebagai Afinitas pertama. Lalu kulit dan Mukosa Traktus Respiratorius bagian atas, kemudian dapat ke organ-organ lain kecuali susunan saraf pusat.

- EPIDEMOLOGI

Maslah Epidemologi masih belum terpecahkan. Cara penularannya saja belum diketahui dengan pasti, hanya berdasrkan anggapan yang klasik ialah melalui kontak langsung antar kulit yang lama dan erat. Penyebaran penyakit kusta dari suatu benua,negeri dan tempat; ke benua, negeri dan tempat lain sampai tersebar ke seluruh dunia disebabkan oleh perpindahan orang-orang yang telah terkena penyakit tersebut.

Kusta bukan penyakit keturunan. Kuman mencapai permukaan kulit melalui Folikel rambut, kelenjar keringat,dan air susu ibu jarang didapat. Dalam urin Sputum dapat banyak mengandung M Leprae yang berasal dari Traktus Respiratorius atas. Tempat imlantasi tidak selalu menjadi tempat lesi pertama. Dapat menyerang semua umur, anak-anak lebih rentan daripada orang dewasa.

- ETIOLOGI

Kuman peyebabnya adalah Mycobactrium Leprae yang ditemukan oleh G.A.HANSEN pd tahun 1974 di Norwegia, yang sampai sekarang belum juga dapat diberikan dalam media Artifisial. M.Leprae berbentuk Basil dengan ukuran 3-8 UM x 0,5 UM, tahan asam dan Alkohol dan positif gram.

- PATOGENESIS

Pada tahun 1960 Shepard berhasil Menginokulasikan M .Leprae kedalam

Telapak kaki Mencit, yang berkembang biak disekitar tempat suntikan. Ternyata tidak ada perbedaan spesies dari dari manapun bahanitu didapat dari negeri manapun, dan dari macam lesi apapun. Untuk tumbuhnya diperlukan jumlah minimum M.Leprae yang disuntikan dan kalau melampaui jumlah maksimum, tidak akan meningkatkan perkembangbiakan.

Inokulasi pada mencit yang telah diambil timusnya diikuti oleh Irradiasi (goor) sehingga kehilangan respon imun selulernya, akan menghasilkan Granuloma penuh basil yang menyeluruh, terutama pada daerah yang dingin yaitu : hidung, cuping telinga, kaki & ekor. Basil tersebut umtuk lanjut dapat Diinokulasikan lagi. Berarti memenuhi salah satu Postulat Koch, meskipun belum dipenuh.

M.leprae berproduksi di daerah-daerah yang lebih dingin. Sebenarnya M.Leprae mempunyai Patogenetas dan daya Invasif yang rendah, sebab penderita yang mengandung kuman jauh lebih banyak belum tentu memberikan gejala yang lebih berat,bahkan dapat sebaliknya, ketidakseimbangan antara derajat infeksi dan derajat penyakit, tidak lain disebabkan oleh sistem imun yang berbeda yang mencegah timbulnya reaksi Granuloma setempat dan menyeluruh yang dapat sembuh sendiri /Progresif. Oleh karena itu penyakit kusta dapat disebut penyakit Imunologik. Gejala-gejala klinisnya lebih sebanding dengan tingkat reaksi selularnya daripada intensitas infeksinya.

- GEJALA KLINIS

Diagnosis penyakit kusta didasarkan pada gambaran klinis, Bakterioskopis, Hispatologis, diantara ketiganya, diagnosis secara klinislah yang terpenting yang paling sederhana, hasil bakterioskopis memerlukan waktu paling sedikit 15-30 menit, sedang Hispatologis memerlukan 3-7 hari. Kalau masih memungkinkan, baiknya juga dilakukan tes Lepromim (mitsuda) untuk membantu penentuan tipe, yang hasilnya baru diketahui setelah 3-4 minggu tidak cukup hanya sampai diagnosis kusta saja, tetapi perlu ditentukan tipenya, sebab penting untuk terapinya.

Setelah basil M.Leprae masuk kedalam tubuh, bergantung pada kerentanan orang tersebut, kalau tidak rentan tidak akan sakit dan sebaliknya jika rentan setelah masa tunasnya dilampaui akan timbul gejala penyakitnya. Untuk selanjutnya tipe apa yang akan terjadi pada derita C.M.I (Cellmediated Immunity) penderita terhadap M.Leprae yang Intraseluler Obligat itu, kalau C.M.I tinggi kearah Lepromatosa, agar proses selanjunya lebih jelas.

Kusta terkenal sebagai penyakit yang paling ditakuti karena Deformitar atau cacat tubuh orang awampun dengan mudah dapat menduga kearah penyakit kusta. Yang penting bagi kita sebagai dokter dan ahli kesehatan lainnya, bahkan barang kali para ahli kecantikan, adalah dapat mendiagnosis, setidaknya menduga kearah penyakit kusta terutama bagi kelainan kulit yang masih berupa Makula yang Hipopigmentasi, hiperpigmentasi, dan Eritematosa. Kelainan kulit yang tanpa komplikasi pada penyakit kusta dapat hanya berbentuk Makula saja, Infiltrat saja, atau keduanya. Harus berhati-hati dan buatlah diagnosis banding dengan banyak pennyakit kulit lainnya yang hampir menyerupainya. Sebab penyakit kusta ini mendapat julukan The Greatest Immitator pada ilmu penyakit kulit. Penyakit kulit lain yang harus diperhatikan sebagai diagnosis banding antara lain adalah : Dermatofitosis, Tinea, versikolor, Pitiriasisrosea, Pitiriasisalba, dermatitis seboroika, Granuloma Anulare, Xantomatosis, Skleroderma, Leukomia Kutis, Tuberkolosis Kutis Verukosa, dan BirthMark.

- PEMBANTU DIAGNOSIS

Pemeriksaan Bakterioskopik digunakan untuk membantu menegakan diagnosis dan pengamatan pengobatan, sediaan dibuat dari keretakan kulit atau mukosa hidung yang diwarnai dengan pewarnaan terhadap basil tahan asam, antara lain dengan ZIEHL NEELSEN. Bakterioskopik negative pada seorang penderita, bukan berarti orang tersebut tidak mengandung M. Leprae

Cara pengambilan bahan ialah dengan menggunakan scalpel steril setelah tempat tersebut didesinfeksikan, lalu diusahakan agar tempat tersebut, dengan jalan dipijit, menjadi Iskemik agar kerokan jaringan itu mengandung sesedikit mungkin darah yang akan mengganggu gambaran sedian. Irisan yang dibuat harus sampai di dermis melampaui Sub epiderma clear zone agar mencapai jaringan yang diharapkan banyak mengandung sel Virchow (sel lepra) yang didalamnya mengandung basil M.Lepra. jaringan itu dioleskan digelas asal, difiksasi diatas api, kemudian diwarnai dengan pewarnaan yang klasik, yaitu ZIEHI NEELSEN. Untuk perawatan ini dapat digunakan modifikasi ZIEHI NEELSEN dan cara lain dengan segala kelebihan & kekurangannya disesuaikan dengan keadaan setempat.

Cara lain mengambil bahan kerokan dengan alat semacam scalpel kecil tumpul atau bahan olesan dengan kapas lidi. Sebaiknya diambil dari daerah Septum nasi, selanjutnya dikerjakan seperti biasa.

PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGIK

Makrofag dalam jaringan yang berasal dari Monosit di dalam darah ada yang mempunyai nama khusus, antara lain sel Kupffer dari hati, sel Alveolar dari paru, sel Glia dari otak, dan yang dari kulit disebut Stiosit. Salah satu tugas makrofag adalah melakukan Fagositetis.

Granuloma adalah akumulasi makrofag dan atau derivate-derivatnya.gambaaran histopalogik bagi tipe tuberkoloid adalah kerusakan saraf yang lebih nyata, tidak ada hasil atau hanya sedikit non-solid. Bagi lepromatosa terdapat kelim sunyi subepidermal (subepidermal clear zone , ialah suatu daerah langsung di bawah epidermis yang jaringannya tidak patologik, ada sel vircho dengan banyak hasil.

REAKSI KUSTA

Reaksi kusta adalah interupsi dangan episode akut pada perjalanan penyakit yang sebenarnya sangat kronik. Reaksi imun itu dapat menguntungkan, tetapi dapat pula merugikan yang disebut reaksi imun patologik, dan reaksi kusta ini tergolong didalamnya.

Gejala klinis reaksi reversal ialah penambahan atau perluasan lesi yang ada, tetapi bukan modus, tanpa atau dengan gejala neuritis dari yang ringan sampai yang berat. Gejala neoriris ini penting diperhatikan, oleh karena sangat menentukan pemberian pengobatan dengan korpis teroid, perlu tidaknya,serta dosisnya, sebab tanpa gejala neuritis tidak perlu pengobatan dengan kortikosteroid

PENGOBATAN DOS.

Obat anti kusta yang banyak dipakai saat ini adalah DOS (Diamino Difenil Sulfom ) lalu Klofazimin dan Rifampisin,DDS mulai dipakai sejak 1948 dan pada tahun 1952 di Indonesia, jadi sudah lebih dari 30 tahun pemakaian, klofazimin dipakai sejak 1962 oleh Brown dan Hogerzeil dan rifampisin sejak tahun 1970.

Pengertian relapse atau kambuh pada kusta ada 2 kemungkinan, yaitu relapse sensitive (persistent) dan relase resisten, pada relase sensitive, decara klinis, bakteriokopik, histopatologik, dapat dinyatakan, penyakit sekonyong konyong aktif kembali dengan timbulnya lesi batu dan bakterioskopik positif kembali.

Resitensi terhadap DOS ada yang sekunder dan ada yang primer,resitansi sekunder terjadi karena :

-. Monoterapi DOS.

-. Dosis terlalu rendah.

-. Memakan obat tidak teratur.

-. Pengobatan terlalu lama, setelah 4-24 tahun. Hanya terjadi pada kusta Multibasilar, tetapi tidak pada Pausibasilat , oleh karena S.I.S penderita tinggi dan pengobatannya relative singkat.

Resistensi primer, bila orang ditulari oleh M.Lepra yang telah resistensi,yang manifestasinya dapat dalam segala tipe (TT, BT, BB, BL, LL) bergantung pada S.I.S penderita derajat resistensi yang rendah masih dapat diobati dengan dosis DDS yang lebih tinggi, sedang pada derajat resistensi yang tinggi DDS tidak dapat dipakai lagi, adanya M.D.T ini adalah sebagai usaha untuk :

- mencegah dan mengobati resistensi.

- Memperpendek masa pengobatan.

- Mempercepat pemutusan mata rantai penularan.

Dalam penyusunan kombinasi obat itu perlu diperhatikan antara lain :

- Efek terapeutik obat.

- Efek samping obat

- Harga obat

- Kemungkinan penerapannya.

Kalau kombinasinya terlalu kompleks, terlalu mahal, tidak dapat dilaksanakan dan sebaliknya jika kombinasinya terlalu sederhana dan terlalu murah, akan mengundang resistensi baru. Pengertian MDT pada saat ini ialah DDS sebagai obat dasar ditambah dengan obat-obat lain. Dosis DDS ialah 1-2 mg/kg berat badan setiap hari. Mengenai efek sampingnya lihat pengobatan Dermatitis Herpetifurmis.

Protionamid / etionamid

Dosisnya 5-10 mg/kg berat badan setiap hari. Di Indonesia obat ini tidak atau jarang dipakai.

Mengenai beberapa sifat lebih lanjut obat-obat tersebut dapat dilihat pada tabel 10-5. oleh karena distribusi klofarimin dalm jaringan tidak merata MIC-nya sukar dicari.

MDT dengan beberapa alternatifnya telah ditetapkan pada rapat konsultasi kusta nasional (RKKN) yang kiranya sesuai dan dapat ditetapkan.

Di Indonesia , untuk kusta multibasilar (LL, BL, BB) adalah sebagai berikut

1. rifampisin 600 mg setiap bulan.

2. DDS 100 mg setiap hari.

3. klofazimin 300 mg setiap bulan, diteruskan 50mg sehari atau 100mg sehari atau 3x100 mg setiap minggu. Kombinasi obat ini diberikan 2 tahun sampai 3 tahun denagn syarat bakteri eskopis masih positif, pengobatan harus dilanjutkan sampai bakteriokopis negative. Selama pengobatan dilakukan pemeriksaan secara klinis setiap bulan ,dan secara bakteriokopis minimal setiap tiga bulan. Jadi besar kemungkinan pengobatan kusta multibasilet ini hanya selama 2-3 tahun. Hal ini adalah waktu yang relative sangat singkat dan dengan batasan waktu yang tegas, jika dibandingkan dengan cara sebelumnya yang memerlukan waktu minimal 10 thn sampai seumur hidup.

Kalau susunan MDT tersebut tidak dapat dilaksanakan, dapat diberikan MDT alternative, yang bermacam-macam, baik macam obat, dosis, dan cara pemberiannya. Kalau MDT alternatifpun tidak dapat dilaksanakan terpaksa dilakukan monoterapi dengan DDS saja, sambil menunggu tiba saatnya untuk MDT bagi yang melaksanakan MDT alternative, kalau keadaannya memungkinkan baru berpindah ke MDT rekomendasi, salah satu contoh MDT alternative adalah :

-. Rifampisin 1200 mg sebagai dosis tunggal sekali saja

-. DDS 100mg setiap hari untuk seterusnya.


BAB III

FARMAKOLOGI

DAPSON (DDS)

Komposisi :

Tiap tablet mengandung :

4,4 –Diaminodifenil sulfur

(Dopson)……………….somy

Indikasi ;

Dupson efektif untuk pengobatan segala bentuk penyakit Leprae.

Efek samping :

Hemolisis, Methemoglobinemia, kurang nafsu makan, muntah, sakit kepala, gugup, sukar tidur, penglihatan kabur, Parestesia, Neuropati perifer yang bersifat reversibel, gatal dan rash kulit.

Peringatan :

Bila terjadi reaksi Lepramatosis yang kuat menyerang mata dan urat saraf, dosis harus dikurangi untuk pasien yang menderita penyakit paru atau jantung, pemberian Dopson harus berhati hati.

Dosis :

Pengobatan dengan obat ini dimulai dengan dosis awal yang kecil, kemudian dinaikan secara bertahap.

2 minggu pertama : seminggu 1 x 25mg

2 minggu kedua : seminggu 2 x 25mg

2 minggu : seminggu 3 x 25mg

2 minggu : seminggu 4 x 25mg

2 minggu : seminggu 5 x 25mg

Bulan pertama setelah 2 minggu kelima = seminggu 3 x 50mg

Bulan kedua setelah 2 minggu kelima = seminggu 4 x 50mg

Bulan ketiga setelah 2 minggu kelima = seminggu 5 x 50mg

Bulan keempat setelah 2 minggu kelima = seminggu 3 x 50mg

Seterusnya seminggu 4 kali 100 mg.


BAB IV

PROSES KEPERAWATAN

Pengkajian,

Gejala penyakit infeksi sangat bervariasi. Untuk beberapa infeksi, cacar air (Vericella), ruam yang disebarluaskan menunjukan tanda adanya infeksi dan muncul pada orang yang baru terinfeksi. Pada infeksi lain, seperti tuberkolosis atau hiv, laten memanjang dan infeksi umumnya tidak memiliki gejala, meskipun infeksi akan ditentukan melalui prosedur Diagnostik.

Riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, dan penggunaan tes diagnostic adalah penting untuk menentukan infeksi dan penyakit infeksi.

Tujuan dari mendapatkan riwayat adalah mendapatkan kemungkinan dan sumber infeksi serta tingkat patologi atau nyeri yang berhubungan. Catatan medispasi sebelumnya ditinjau ulang .

Perencanaan

Tujuan utama untuk pasien meliputi pencegahan, penyebaran infeksi, pengetahuan tentang infeksi dan tindakannya, control terhadap demand an ketidaknyamanan yang berhubungan dengan rasa tidak nyaman, dan tidak adanya komplikasi.

Intervensi.

Cegah penyebaran infeksi dari pasien ke pasien dengan cara, :

A). Menyediakan isolasi sesuai dengan COC, menggunakan isolasi terhadap substansi tubuh, atau adaptasi isolasi institusi individual.

B). Menjamin pasien infeksi lewat udara tetapi diruangan pribadi selama mereka dirawat.

C). Menjamin bahwa pasien dengan organisme bukan lewat udara yang sangat menular seperti Clostridium Difficite dan Shigella secara fisik dipisahkan dari pasien lain jika terdapat kebijakan atau peraturan kebersihan dari institusi.


DAFTAR PUSTAKA

- Dr . Adhi Djuanda dan Prof . Dr . Sutia Djuanda

Buku ILMU PENYAKIT KULIT dan KELAMIN

- Bunner and Soddarth Textbook of MEDICAL- SURGICAL NURSING

- Dr . Henny Lukmanto, INFORMASI AKURAT PRODUK FARMASI

Buku Kedokteran . EGC.